Isi Artikel Utama

Cindy Marlina Tambunan
Gabena Indrayani Dalimunthe
Minda Sari Lubis
Rafita Yuniarti

Page: 1701-1708

Abstrak

Masyarakat Indonesia sudah sejak lama meggunakan tumbuhan sebagai pengobatan maupun untuk pemeliharaan kesehatan yang diwariskan secara turun-menurun. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) yaitu tumbuhan kecil yang dapat tumbuh dimana saja ini ternyata tidak hanya mempunyai rasa yang unik tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan, ciplukan dapat digunakan untuk mengobati flu dan sakit tenggorokan, batuk rejan, bronchitis, gondongan, bisul, borok, dan juga ayan atau epilepsi. Secara empiris, penggunaan tumbuhan ciplukan difungsikan sebagai penyembuhan cacar yang telah digunakan oleh masyarakat dengan cara dimandikan. Cacar berbentuk seperti luka bakar yang melepuh dan akan berbentuk seperti borok. Jadi peneliti tertarik mengembangkan dalam bentuk salep, karena lebih efektif untuk digunakan dan dapat dibawa kemana saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol daun ciplukan dapat diformulasikan dalam dasar salep serap dan untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar pada kelinci dari sediaan salep ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.). Ekstrak daun ciplukan dibuat dari simplisia daun ciplukan dengan metode maserasi lalu dilakukan uji efektivitas penyembuhan luka bakar pada kelinci menggunakan salep. Salep dibuat dalam 4 formulasi yaitu F0, F1 (10%), F2 (15%), dan F3 (20%) menggunakan vaselin putih sebagai basis salep. Evaluasi sediaan salep meliputi stabilitas fisik (bentuk, bau dan warna, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat dan viskositas.  Semua formula sediaan salep baik dalam penyimpanan. Sediaan salep dalam uji homogenitas, semua formula homogen. Dalam pemeriksaan pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas semua memenuhi persyaratan sesuai standar yang telah ditentukan atau ditetapkan. Ekstrak daun ciplukan dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan salep. Sediaan salep dengan konsentrasi yang tinggi paling efektif dalam menyembuhkan luka bakar pada kelinci.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Tambunan, C. M., Dalimunthe, G. I. ., Lubis, M. S., & Yuniarti, R. (2023). Efektivitas penyembuhan luka bakar menggunakan salep ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) pada kelinci. Journal of Pharmaceutical and Sciences, 6(4), 1701–1708. https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.300
Bagian
Original Articles

Referensi

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 17.

Alqamari, M., Dafni, M.T., dan Aldriwirsah. (2017). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: UMSU Press. Halaman 49-54.

Aminuddin, M., Sholichin, Mayusef, S., dan Dwi N. (2020). Modul Perawatan Luka. Samarinda: CV Gunawan Lestari. Halalaman 24-25.

Anief, M. (1995). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 52.

Botahala, Dkk. (2020). Deteksi Dini Metabolit Sekunder Pada Tanaman. Sumatra Barat: Mitra Cendekia Media. Halaman 15-22.

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Cowan, M.M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agent. Clinical Microbiology Reviews. 12 (4): 564-582.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 33.

Depkes RI. (1989). Materi Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 555.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 5.

Ditjen POM. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 5.

Endarini, L.H. (2016). Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 116.

Fithriyah, Noor, Syamsul Arifin, and Eka Santi. 2013. “Lumatan Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Terhadap Lama Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Pada Kulit Kelinci (Cavia Cobaya)”.

Handayani, N.E., dan Robiul, F.M. (2021). Keakurasian Penggunaan Silver Sulfadiazine Untuk Penyembuhan Luka Bakar. Magelang: UNIMMA Press. Halaman 10-11.

Hidayah, N. (2016). Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman (Tanin dan Saponin) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11(2): 89-98.

Julianto, T.S. (2019). Fitokima. Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Halaman 40-41, 53-54.

Kar, S. (2014). Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology. New Delhi: New Age International. Halaman 122.

Kusumawardani, Aliefia Ditha, Umi Kalsum, and Ika Setyo Rini. 2015. “Pengaruh Sediaan Salep Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn.) Terhadap Jumlah Fibroblas Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Wistar Effect of Betel Leaves Extract Oinment (Piper Betle Linn.) on the Number of Fibroblast in IIA.” Majalah Kesehatan FKUB 2(1): 16–28

Marjoni, R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta Timur: CV Trans Info Media.

Halaman 15-16.

Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka Modern [Modern Woundcare] Terkini dan Terlengkap. Jakarta: IN MEDIA. Halaman 17-21.

Mastuti, R., W. Widoretno, dan N. Harijati. 2020. Kultur Kalus Tanaman Obat Ciplukan (Physalis angulata L.). Jurnal of Tropika Biology. 8 (1): 26-35. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya. Malang.

Noer, M.S. (2006). Penanganan Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 3-8.

Nurlaili, Dkk. (2016). Modul Paket Keahlian Kecantikan Kulit Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: direktoral Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Halaman 13.

Priyoto, dan Widyastuti, T. (2014). Pengobatan Herbal Untuk Penyakit Ringan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 87-89.

Putri, R., Riki, H., dan Jaka, S. (2020). Formulasi dan Evaluasi Fisik Salep Anti Jerawat Ekstrak Etanol 96% Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Jurnal Farmagazine. 11(2):20-29.

Putri, U.K.D., Hajrah, dan Adam, M.R. (2021). Uji Aktivitas Antikoagulan Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) Secara Invitro. Journal Mulawarman Pharmaceutical Conference. 332-338.

Rowe, R.C. et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed. London: The Pharmaceutical Press.

Sasmito, E. (2017). Imunomodulator Bahan Alami. Yogyakarta: Rapha Publishing. Halaman 132-133.

Sarwono, B. 2003. Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Scalbert, A. 1991. Anti-microbial properties of tannins. Phytochemistry 30: 3875–3883.

Sitorus, P. (2018). Obat Herbal Indonesia. Medan: USU Press. Halaman 51-55.

Suraida, Susanti, T., Boby, S., dan Darmaputra. (2020). Pengetahuan Tumbuhan Obat. Yogyakarta: CV. Jivaloka Mahacipta. Halaman 90.

Suriadi. (2015). Pengkajian Luka dan Penanganannya. Jakarta: Sagung Seto. Halaman 146-147.

Sutjiatmo, A.E., dan Suci, N.R. (2021). Ciplukan Untuk Kesehatan. Yogyakarta: DEEPUBLISH. Halaman 90.

Tammu Jyothibasu dan Ramana K. Venkata. 2014. Pharmacological Review On Physalis Species: A Potential Herbal Cure – All. World Journal Of Pharmaceutical Research. Vol. 4 No. 2. Desember 2014. Halaman 247- 256.

Tampubolon, Dkk. (2020). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Medan: Yayasan kita Menulis. Halaman 70-71.

Yamlean, P.V.Y., (2019). Buku Ajar Farmasetika. Jateng: Lakeisha. Halaman 85-86.

Zukhri, Dkk. (2018). Uji Sifat Fisik dan Antibakteri Salep Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (I) merr.). Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 11(1). Universitas Muhammadiyah Klaten.

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >>